Obamaklik.id Palembang,- Pemerintah provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dalam hal ini Penjabat Gubernur Sumsel Dr Drs H A Fathoni, M.Si yang diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sumsel Drs H Edward Candra, M.H sekaligus Pelaksana Tugas (PLT) Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumsel menghadiri dan membuka langsung acara capaian restorasi gambut Sumsel tahun 2023 dan rencana restorasi gambut tahun 2024, Selasa (19/12/2023).
Dikatakan Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Sumsel Drs H Edward Candra, M.H, di mana pada hari ini semua stakeholder yang ada di dalam kegiatan restorasi gambut di Sumsel berkumpul untuk evaluasi capaian yang telah dikerjakan pada tahun 2023 serta menapaki tahun 2024. Karena provinsi Sumsel ini salah satu provinsi prioritas dari BRG dan Mangrove untuk melaksanakan pemulihan dan pemeliharaan lahan gambut.
Di mana lahannya cukup luas di Sumsel lebih kurang 2,1 juta hektar yaitu kita akan melihat dalam satu hari ini untuk sama-sama apa yang telah kita kerjakan.
“Baik itu intervensi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kemudian non pemerintah, termasuk dari pihak swasta, akademisi, dari NGO juga semua berperan, termasuk juga peran serta masyarakat,” ujarnya.
Kemudian, tujuannya supaya kita bisa mengetahui apa kelemahan-kelemahan ataupun termasuk keberhasilan apa yang telah dicapai, ke depannya itu bisa kita lakukan dengan lebih baik lagi. Kalau kita lihat dari informasi yang didapat dari kebakaran hutan dan lahan itu lahan-lahan gambut yang diintervensi oleh BRGM ini sudah sangat sedikit.
Di mana yang terbakar juga ada banyak yang sekarang di APL maupun memang ada yang tanggap, tetapi yang belum diintervensi, karena ini sifatnya bertahap. Dari yang intervensi ini diharapkan untuk yang ke depannya yang belum diintervensi ini terus dijaga agar tidak terbakar.
“Karena perusahaan ini ada yang lahan dikelola, ada yang juga di lahan gambut, dan ada juga di sekitarnya ada lahan gambut, jadi kita harapkan juga peran sertanya, termasuk untuk menjaga kebasahannya,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, di mana dengan adanya musim hujan ini, kalau untuk lahan gambut ini menahan air, kalau dia hujan berarti menampung itu malah bagus. Kita ini yang menyimpan air, kita ini mempertahankan air yang sudah disimpan pada musim hujan ini bagaimana untuk tetap bisa dipertahankan pada musim kemarau.
Walaupun turun tinggi muka airnya bisa lebih lambat turun itu yang sedang kita kerjakan, kalau musim hujan bagus, dan yang susah itu adalah didaerah perkotaan. Banjir misalnya itu yang perlu kita jaga saat ini, kalau didaerah aliran sungai itu biasanya adanya erosi dan longsor itu yang kita jaga pada saat ini
“Maka adanya program-program di daerah aliran sungai diadakan penanaman pohon dan sebagainya itu turus di galakkan, dan himbauan kita kepada masyarakat pada saat ini adalah untuk menjaga lingkungan dari buang sampah sembarangan, dan sebagainya, sehingga kita bisa mengurangi dampaknya minimal meminimalisir dampak yang terjadi,” katanya..
Menurut Koordinator TRGD Provinsi Sumsel Ir H Dharna Dachlan, M.H, kalau peserta terutama OPD yang terkait seperti Bappeda, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan yang ada di provinsi Sumsel, sedangkan di kabupaten sendiri yakni 7 kabupaten pelintas gambut yang kita undang yakni Bappeda dan Dinas Lingkungan Hidup.
Di mana 7 kabupaten itu yakni kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), kabupaten Banyuasin, kabupaten Musi Rawas (MURA), Musi Rawas Utara (MURATARA), kabupaten Muara Enim, dan kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
“Di mana yang paling banyak gambutnya adalah kabupaten OKI yakni 600 ribu hektar dari 1,2 juta hektar, jadi kita di sini akan menyampaikan refleksi kegiatan hasil tahun 2023 untuk menginformasikan tentang gambut supaya jangan lagi salah,” ucapnya.
Masih dilanjutkannya, di mana kalau rawa itu yakni dengan kedalaman 40 centimeter dan itu belum disebut gambut, kalau di atas 40 centimeter baru disebut gambut, kalau di bawah itu masih disebut rawa basah, tetapi sebenarnya masyarakat sendiri sudah bisa untuk mengetahui perbedaannya.
Terkait dengan hujan tidak ada pengaruhi kalau lahan gambut justru menggenangi menyimpan karbon, makanya gambut ini harus dipertahankan, karena karbon ini kan disimpan di sana. Karena ideologi besar daripada karbon yang menyimpan pot-pot atau daun-daunan itu, kalau informasinya sekitar 18 persen tapi saya belum membaca buku tersebut, tapi itu berdasarkan yang beredar.
“Di mana sifat kanal, di mana yang mau dilakukan penanaman kembali, di mana yang revitalisasi, jadi supaya gambut itu tidak dirusak oleh masyarakat, maupun masyarakat yang tinggal di sekitar itu kita bantu, dia mau berkebun kita biaya, kalau mau beternak kita belikan, disini ada anggaran khusus, dan dia dilaksanakan oleh Pokmas, yakni kelompok masyarakat,” imbuhnya.(Eky/rilis)