Obamaklik.id
SUARA keras para pemain di panggung pementasan terus bergaung. Meski “orang-orang kardus” harus berhadapan dengan ancaman psikologis dan kematian.
Namun dalam naskah “Orang-Orang Kardus” tersebut, menceritakan perjuangan yang tak kunjung henti untuk bersuara lantang demi harga diri bagi bangsa dan negaranya.
Movement dan momen dalam naskah yang apik ini, tampaknya begitu efektif menjelaskan perkembangan saat ini.
Sedangkan para pemainnya berusaha keras memahami dan melakukan adegan dalam peran-peran yang dipercaya kepada mereka.
Tampaknya pada momen kedua ini Forum Teater Sekolah Sumsel (Fortass) berhasil membawa teater yang digandeng ke layar kaca TVRI Sumsel pada Jumat (25/11/2022).
Setelah sebelumnya Fortass berhasil menggotong naskah “Puyang Leluhur” yang diangkat Teater Sangsas MA Patra Mandiri yang sukses di layar bening TVRI Sumsel, kali ini Bengkel Sastra Riuh Kelana SMA Bukit Asam Tanjung Enim.
Dalam penampilannya, sutradara Sadikin Khairsah menggodok naskah “Rumah Kardus”. Naskah drama satu babak berdurasi 30 menit ini mengusung tema kritik sosial.
Fenomena yang digelar dalam lakon “Rumah Kardus” itu mengungkap fakta sosial terkait lokasi hunian orang-orang pinggiran yang bakal digusur pihak tertentu, karena dampak proses modernisasi.
Protes keras itulah yang disuarakan “orang-orang kardus” bagi kapitalis pembangunan yang berimbas pada penggusuran rumah hunian masyarakat pinggiran.
Itulah sepotong kisah suara rintihan orang-orang pinggiran yang diangkat para pemain dari SMA Bukit Asam Tanjung Enim.
Ketua Fortass Yosep Sutrisno SE, mengatakan lakon “Orang-Orang Kardus” yang tayang di TVRI Sumsel merupakan tindak lanjut dari tampilan sebelumnya, naskah “Puyang Leluhur”
“Naskah panggung bersetting minimalis ini masih dalam rangkaian program Fortass untuk mengusung anugerah teater sekolah se-Sumsel yang bakal kita gelar 2023 mendatang,” ujar Yosep Sutrisno ketika dijumpai di lokasi shooting di Studio TVRI Sumsel, Jumat (25/11/2022).
Menurut dia, tampilan para pemain teater itu digelar seiring dengan perayaan Hari Teater Sedunia.
Dalam konteks tersebut, seniman teater dan jurnalis senior Imron Supriyadi SAg, MHum, menyatakan panitia penyelenggara sangat serius untuk mengangkat nilai-nilai permainan teater yang selama ini dirasakan “tidur panjang”.
Sementara itu, Fortass menghadirkan narasumber teater Erwin Janim dalam kegiatan itu. Secara umum, kata Erwin, secara umum penampilan para pelakon “Orang-Orang Kardus”, cukup bagus.
“Meski demikian nilai pemahaman naskah yang diungkap lewat karakter permainan harus diperbaiki dan dimaksimalkan,” ujar Erwin yang sudah menekuni dunia teater sejak 1981 lalu.
Erwin yang selalu aktif dalam pementasan drama Palembang “Dul Sawan” itu, menyatakan bahwa para pemain harus tetap berlatih serius dan bisa digarap secara maksimal,” ujarnya.
Dari daya ucap atau artikulasi, kata Erwin, sudah dilafalkan dengan baik. Hal itu bisa disaksikan dari dialog-dialog mereka dengan ekspresi yang baik ketika melakukan akting merekam
Menurut Erwin, pelatih harus memberikan kontribusinya bagi para pemain secara serius mengolah konsentrasi diri, melakukan meditasi yang benar. “Meditasi merupakan aktivitas mendasar dalam melatih diri untuk menjadi pemain yang baik,” katanya.
Dengan mendalami prinsip bermeditasi secara rutin, para pemain bisa memahami segala hal terkait aktivitas permainan.
Sebab, kata Erwin, para pemain tidak bisa secara tiba-tiba memainkan peran dalam satu naskah cerita. “Semua butuh proses yang tidak sebentar. Pesan saya untuk adik-adik, jangan bosan belajar sehingga kita bisa menjadi aktor jempolan,” ujar Erwin menutup perbincangan.
Laporan Anto Narasoma