Obamaklik.id
PALEMBANG | Kebijakan pemerintah memang harus diarahkan bagi kepentingan publik. Terkait situs budaya Pasar Cinde yang tekuntang bae selama lima tahun terakhir, harus diarahkan untuk ekonomi masyarakat.
Ketua Komisi III DPRD Sumsel Muhammad Yansuri SIP, mengatakan bahwa meski masyarakat Kota Palembang memiliki situs budaya Pasar Cinde tapi jika tidak bermanfaat bagi warga, ada baiknya dipertimbangkan lagi.
“Pasar Cinde itu memang situs budaya dan sejarah di Kota Palembang. Namun pertanyaannya, apakah selama ini dari sektor budayanya telah memberikan kontribusi finansial? Ini yang perlu kita pertimbangkan lagi,” ujar Muhammad Yansuri kepada media ini, di ruang kerjanya, Selasa (27/12/2022).
Terkait pembangunan Pasar Cinde yang terbengkalai sejak dibongkar 2017 lalu, Yansuri mempertanyakan itu. Namun jika prinsip pembangunannya hanya “balas jasa” wajar jika terbengkalai selama lima tahun.
Menjawab pertanyaan terkait “balas jasa” yang ia katakan tadi, Yansuri menyatakan tafsirkan sendiri saja sendiri.
“Biasalah, kalau ingin maju sebagai pejabat, ada dukungan dari pihak tertentu. Nanti setelah dia menduduki jabatan tertentu maka akan ada prinsip balas jasa,” ujar Yansuri.
Kembali ke persoalan pembangunan Pasar Cinde yang terbengkalai selama lima tahun, kata Yansuri, ini terjadi kesalahan teknis. Namun ia tidak bersedia merinci persoalan di balik kegagalan program pembangunannya.
“Kalau memang pasar itu merupakan situs budaya, alangkah baiknya jika dilakukan tukar guling dengan rumah sakit AK Gani,” katanya.
Artinya, pembangunan RS AK Gani dialihkan ke lokasi Pasar Cinde, sedangkan kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) khusus dialokasikan bagi kepentingan seni budaya.
Menurut Yansuri, rumah sakit tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu sebaiknya dibangun dipindahkan saja ke kawasan Pasar Cinde.
“Sedangkan lokasi BKB harus disterilkan dari penghuni yang sudah banyak yang bukan lagi keluarga tentara. Bisa jadi mereka itu anak cucu tentara yang sudah beranak-pinak di lokasi BKB,” jelasnya.
Menurut Yansuri, kebijakan itu merupakan jalan keluar untuk menyelesaikan fungsi situs budaya BKB dan Pasar Cinde.
Apabila di lokasi Pasar Cinde dibangun hotel atau super market, prospeknya bisa merekrut tenaga kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi. “Bahkan bisa menyerap tenaga untuk warga Kota Palembang,” katanya.
Sedangkan kawasan BKB, bisa dibangun lokasi panggung pertunjukan. Bahkan dapat memberikan pasilitas bagi bagi aktivitas seniman dan budayawan seperti di Taman Ismail Marzuki (TIM).
“Sedangkan di kiri-kanan jalan bisa dibangun kios-kios tempat dagangan masyarakat. Ini bisa menghidupi suasana berkesenian di Palembang,” ujar Yansuri.
Maka terkait masalah itu dapat dijadikan jalan keluar bagi kehidupan seni budaya di Palembang, umumnya di Sumatera Selatan. (*)
Laporan Anto Narasoma