Obamaklik.id Palembang,- Seperti dikemukakan Dr H Syarwani Ahmad MM MSi dalam bukunya bertajuk *Komunikasi Antarpribadi* bahwa orang yang paling “hebat” di antara kita adalah mereka yang mampu bertarung dengan emosi, pikiran, dan sikapnya secara pribadi.
Sebab asal muasal pertengkaran antarsesama kita itu ialah dipicu dari diri kita sendiri. Karena Syarwani menyarankan agar sebelum bercengkrama dengan orang lain, perbaiki akhlak kita terlebih dahulu. Artinya, tidak menyakahkan orang lain jika terjadi pertikaian ucapan di antara kita ( halaman 161 terkait *Tujuan Etika dan Komunikasi*).
Harus diakui, untuk masuk ke dalam adab dan akhlak kepribadian diri sendiri tak semudah membalikkan telapak tangan.
Sadarkah kita bahwa untuk melihat diri orang lain, nasihatnya ada di diri kita sendiri. Allah SWT menghadirkan rasa di kulit (lengan) kita. Rasa ini sesungguhnya adalah nasihat.
Mengapa begitu? Yah, kalau kita mencubit diri sendiri ada rasa sakit, maka orang lain pun merasakan hal yang sama.
Andaikan orang lain memiliki rasa lapar di perutnya, kita pun merasakan hal yang sama. Nah, andaikan kita merasakan itu, alangkah indahnya jika kita pelihara nilai-nilai kemanusiaan di antara kita. Sebab, nilai yang paling mulia dalam kehidupan ini adalah menghargai orang lain seperti kita menghargai diri sendiri.
Lupakah kita bahwa Rasulullah Muhammad SAW selalu mengajarkan akhlak yang baik sebagai seorang manusia sejati.
Baik kawan maupun lawan, akan selalu menghargai sikap dan perilaku kekasih Allah tersebut.
Sekarang yang jadi pertanyaan kita, apakah berseteru dalam perbincangan itu memuaskan hati kita sendiri? Apakah menyakiti dan menyudutkan perasaan orang lain itu kita merasa menang?
Perlu kita sadari bahwa ketika orang lain terpojok dan merasa sakit hatinya karena ucapan kita, itu artinya kita telah mengalami kekalahan total dari diri kita sendiri.
Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyatakan yang baik atau diam (HR Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut sesungguhnya memgajarkan kita untuk bersikap bijak dan baik antarsesama kita. Artinya, ketika ada yang tersinggung ketika kita berucap, maka segeralah kita menyatakan permohonan maaf.
Sebab dengan cara itu, berarti kita sudah memuliakan diri kita sendiri. Tapi andaikan ada dari mereka yang langsung membalas dengan pernyataan lebih menyakitkan, berarti orang tersebut memiliki penyakit hati, di antara sombong, angkuh, merasa hebat sendiri, serta meremehkan orang lain.
Yakinlah bahwa badan sebatang ini tidak lebih hebat dibanding orang lain. Jika ada sesuatu kelebihan di antara kita, itu bentuk kelebihan kita dari satu sisi. Sementara di sisi lainnya, kita tidak ada apa-apanya dibanding kelebihan orang dari sisi yang lain.
Itu artinya, jika kita ada kelebihan dari satu sisi (barangkali), orang lain pun ada kelebihan dari sisi lainnya. Maka jika dibandingkan dengan kita, berarti kita memiliki poin 1-1. Itu artinya kita sama. Karena itu berdialoglah dengan santun, agar kesantunan itu bisa memuliakan posisi kita. Insya Allah !(AlexPandawalima*)
15 Agustus 2023