OBAMAKLIK.ID, Palembang–Gedung International Plaza (IP) di kawasan Jl Jendral Sudirman Kota Palembang berdiri megah sejak Februari 1991. Namun, tidak banyak orang mengetahui jika mall pertama di Palembang tersebut merupakan bekas sebuah bioskop bernama International. Bertahan lebih dari 30 tahun, kabar dijualnya gedung ini kian santer, terlebih sejak berdirinya gedung-gedung mall baru dan pandemi covid-19.
Penelusuran Obamaklik.id, Gedung berlantai lima dengan luas 10.559 m2 memiliki (17 sertifikat) ! HGB dan 16 SHM ini akan dijual karena salah satu alasannya adalah sepinya pengunjung. Hal tersebut diungkapkan Adi, salah satu penyewa kios konter HP dilantai 1 Gedung Internasional Plaza (IP), Rabu ( 9/2/2022).
Namun secara pasti, Adi menyebut sepinya pengunjung menjadi salah satu penyebab banyaknya penyewa kios di IP memilih untuk berpindah tempat ke Mall yang lebih besar peluang pembelinya. Seperti Palembang Square, Palembang Indah Mall (PIM) dan Mall besar lainnya.
kendati demikian, Adi menyebut selain dampak pandemi covid-19 dan dibatasinya mobilitas warga dengan kebijakan PPKM beberapa waktu lalu juga turut mempengaruhi kondisi mall tertua di Palembang ini.
” Penyewa kios, nyaris hanya di lantai 1 ini saja, ” tuturnya lagi.
Melansir Tribunjualbeli.com, dijualnya gedung Mall tertua di Palembang ini telah di publikasi sejak 1 Febuari 2019 lalu oleh Willim. Namun ketika Obamaklik menghubungi salah satu nomor yang di sebutkan sebagai owner belum memberikan tanggapan.
Sementara itu Imam munandar (TMS Marketing Consultant) yang juga mengabarkan perihal penjualan IP ini memberikan keterangan mekanisme pembelian sebagai berikut :
” Silahkan buat surat minat dengan tertulis baru bisa ditemukan dengan Owner dikantor IP plaza Palembang. Status Properti Bekas Luas Bangunan 11000 m² Luas Tanah 11000 m² . Status kepemilikan : SHM Harga 500 M, negoo. Yang punya buyer valid silahkan langsung owner,” ujarnya.
Untuk diketahui, awal mula berdirinya Gedung IP ini dilatarbelakangi oleh kian pesatnya pasar 16 Ilir menjadi pusat perdagangan. Melihat hal tersebut, Jalan Jendral Sudirman terus dibangun pertokoan serta tempat hiburan. Salah satunya di kawasan simpang empat International Plaza (IP) saat ini. Ditempat ini dulunya berdiri sebuah gedung bioskop International Palembang.
Bioskop dibawah naungan NV (semacam PT,red) dibangun sejak Februari 1952. Para pemilik saham atau ownernya terdiri dari berbagai etnis salah satunya, HM Amin serta H Hasanuddin (wong Palembang, red), Said Abdurahman bin Alwi Assegaf (keturunan Arab, red) serta Tan Kak, Liau Lee dan Jap Sung Sing (keturunan Chinese,). Nama bioskop International pun diyakininya dengan alasan perpaduan etnis para pemilik bioskop tersebut.
M Nasir, anak kelima almarhum HM Amin mengatakan, jika zaman dulu bisnis bioskop memang sangat menjanjikan .Terbukti pada masa itu, banyak berdiri gedung-gedung bioskop seperti bioskop Mahkota yang sekarang menjadi JM, Jl Letkol Iskandar. Kemudian bioskop Saga yang sekarang menjadi kantor Dinas Pendapatan (Dispenda) Palembang, Panca warna di kawasan Cinde yang menjadi eks bioskop Cineplex, Intium/Mustika yang sekarang menjadi balai Prajurit di kawasan Pasar Sekanak, bioskop Raya depan Majid Agung serta bioskop Rosida di pasar Sekanak.
” Hanya saja, dari beberapa bioskop tersebut, bioskop International merupakan bioskop terbesar. Karena daya tampungnya yang cukup besar. Hanya saja, akhir tahun 1980 an, para pengunjung bioskop secara global mengalami penurunan. Ya mungkin, karena dampak keluarnya kaset video serta didominasinya film lokal serta luar negeri yang membuat penggelola bioskop kesulitan berkembang,” bebernya.
” Nah kondisi ini lah, yang menjadikan cikal bakal berdirinya gedung Mall Internasional Plaza. Saat itu, pusat perbelanjaan memang hanya ada di kawasan 16 Ilir. IP sebagai pendatang baru sangat diminati masyarakat kala itu. Tidak hanya Palembang, bahkan Kabupaten Kota di Sumsel, hanya tahu IP sebagai salah satu Mall ternama kala itu,”kenangnya.
Penelusuran Obamaklik.id , tidak hanya Gedung Mall IP saja yang mengalami kondisi mati suri, bahkan gedung pertokoan di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, mulai dari toko buku, kudapan, hingga perlengkapan olahraga yang dulu menjadi kawasan primadona kini tinggal menjadi kenangan. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Palembang diharapkan dapat kembali menghidupkan kawasan ini.
Melki salah seorang pemilik kudapan khas palembang di kasawasan ini menuturkan, sepinya pembeli dengan ditambah pengetatan aturan PPKM beberapa waktu lalu menjadi salah satu penyebab kawasan ini ditinggalkan.
” Sebenarnya, sebelum pandemi covid-19 kemarin, kawasan ini cukup terbantu dengan aktifitas beberapa seniman jalanan. Apalagi, kalau malam akhir pekan banyak pengunjung yang berdatangan. Ini cukup membantu pemasukan kami,’ ujarnya, seraya berharap Pemkot Palembang segera mencarikan solusi terbaik agar ekonomi dikawasan ini dapat kembali berdetak kencang seperti dulu. (Daeng)